Warga Sambirejo Sragen Sukses Budidaya Bunga Krisan, Yarsi Ajak Milenial Tak Malu Jadi Petani

Petani Bunga Krisan Sragen
Petani Bunga Krisan Sragen

TERAS SRAGEN – Berbekal semangat pantang menyerah, tekun dan kesabaran, Mugiyarsi (40 tahun), warga Dukuh Cengklik RT 03, Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen ini sukses mengembangkan usaha bunga krisan.

Tanaman bunga krisan mampu tumbuh sepanjang masa, tumbuh sepanjang tahun. Selain bisa digunakan sebagai pembersih udara di dalam ruangan, bunga ini sering dipakai untuk hiasan dekorasi pernikahan.

“Awalnya dulu saya bekerja di florist Bogor, Jawa Barat selama 7 tahun. Setelah itu saya pulang ke Sragen dan sempat buka usaha florist di Ngargoyoso, Karanganyar selama 2 tahun. Namun karena ada kendala sewa kiosnya, lalu saya putuskan untuk mencoba menjadi petani Bunga Krisan,” terang Mugiyarsi di salah satu greenhousenya di Desa Sukorejo, Sambirejo, Sragen.

Menurut perempuan ramah ini, mengembangkan dan mengeluti usaha bunga krisan sejak tahun 2011 lalu. Berkat keuletannya, kini Yarsi -sapaan akrab Mugiyarsi- sudah mempunyai tiga greenhouse yang dikelola bersama dua kakaknya. Ketiga greenhouse itu luasnya 500 meter persegi, 1.200 meter persegi dan 1.000 meter persegi.

“Untuk greenhouse di Kampung Serandu, Desa Sukorejo dan Dukuh Grompol khusus saya tanami bunga krisan dengan tiga varietas, ada krisan warna putih, kuning dan pink. Kalau di lahan satunya yang luasnya 1.000 meter persegi saya tanami pikok (bunga kecil – kecil) sebagai filer, dan daun – daun untuk keperluan dekorasi wedding,” ujar Yarsi.

Yarsi mengaku secara teori lahan yang ditanami bunga krisan belum masuk untuk ditanami bunga krisan. Karena teorinya ketinggian tempat harus 700 – 900 mdpl. Sedangkan di lahannya itu, ketinggiannya hanya 400 mdpl.

“Jadi, lumayan berfikir dan penasaran masak gak bisa ditanami di sini. Satu greenhouse ditanami semua varietas, nanti yang bisa ditanami apa disini, ternyata warna – warna dasar putih, kuning, pink bisa disini. Meskipun untuk warna pink nya kurang pekat tidak seperti di dataran tinggi,” kata Mugiyarsi.

Meski demikian, Ia menyebut ada kelebihan dari bunga krisan di tempatnya. Yakni, batang tanaman dan tangkainya lebih kuat dibandingkan tanaman yang ditanam di dataran tinggi.

Masa tanam bunga krisan hingga panen sendiri mulai umur 100 – 105 hari, biasanya sampe 120 hari atau 4 bulan habis terjual. Sementara bibit tanaman bunga krisan diambilnya dari Bandungan, Ambarawa, Jawa Tengah.

Tidak hanya dari Sragen, konsumen bunga krisan dan tanaman lain yang ditanamnya itu berasal dari Karanganyar (Jawa Tengah), dan daerah di Jawa Timur seperti, Ngrambe, Jogorogo, Madiun dan Magetan.

Satu ikat bunga krisan dihargai mulai dari Rp25 ribu hingga Rp35 ribu per bungkus tergantung musim. Satu harinya Mugiyarsi mampu menjual rata – rata 1.700 – 1.800 bungkus.

Yarsi juga mengaku teknik proses penanaman bunga krisan cukup mudah. Menurutnya, saat budidaya bunga krisan itu yang utama adalah kondisi cuaca. Pasalnya, jika kondisi kebun terlalu panas, maka warna bunga krisan itu sendiri bisa pudar.

“Kalau malam hari, umur 0 – 30 hari harus ada penyinaran. Tapi kalau masalah penyiraman, pemupukan dan penyiangan rumput secara instink naluri petani pasti tahu. Lebih mudah ini dibanding cabe karena ini didalam rumah naungan kalau cabe diluar,” urai Yarsi.

Yarsi mengakui jika membuka usaha di dunia pertanian merupakan hal yang menarik. Apalagi saat ini masih terbatasnya lapangan pekerjaan sehingga pengangguran meningkat. Agribisnis menjadi solusi yang baik mengatasi hal tersebut.

“Banyak anak muda jaman sekarang lebih tertarik bekerja di kantor, kerja di ruang yang sejuk. Namun, untuk terjun ke dunia pertanian tidak ada minat. Oleh sebab itu saya ajak anak muda yang lain jangan takut dan malu menjadi petani, kesempatannya masih terbuka lebar, dan kalau tekun, rajin cuannya akan datang dengan sendirinya,” pesannya.(Diskominfo/Mukt)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *